Sunday, June 1, 2014

Masya Allah dan Subhanallah

Ada dua yang mengikatnya; tuntunan Qur'an-Sunnah dan kebiasaan dalam bahasa Arab. Al-Qur'an menuturkan; subhanallah digunakan dalam mensucikan Allah dari hal yang tak pantas. "Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan., mereka persekutukan, dsb." Ayat-ayat berkomposisi ini sangatlah banyak. Juga, subhanallah digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal yang menjijikkan semacam syirik (Surat Saba' ayat 40-41), dihinakannya Allah tersebab kita (Surat Yusuf ayat 108), dan sebagainya.

Bukankah ada juga per-Mahasuci-an Allah dalam hal menakjubkan? Uniknya, menuturkannya dengan kata ganti kedua (Surat Ali Imran ayat 191), atau kata ganti ketiga yang tak langsung menyebut Asma Allah (Surat Al-Israa' ayat 1). Ia juga terpakai pada; me-Mahasuci-kan Allah dalam menyaksikan bencana dan mengakui kezaliman diri (Surat Al-Qalam ayat 29), menolak fitnah keji yang menimpa saudara (Surat An-Nuur ayat 16). bagaimana Hadisnya?

Ayo promosikan produk-produk Anda di Website kami!

"Kami apabila berjalan naik membaca takbir, dan apabila berjalan turun membaca tasbih." (H.r. Al-Bukhari, dari Jabir) jadi "Subhanallah" dilekatkan dalam makna "turun", yang kemudian sesuai dengan kebiasaan orang dalam bahasa Arab. Secara umum, yakni menggunakannya tuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas Allah Swt dilekatkan padanya. Adalah Gurunda Mohammad Fauzil Adhim yang pernah memiliki pengalaman memuji seorang Gurunda lain yang asli Arab dengan "Subhanallah", kemudian mendapat jawaban tak dinyana. "Astagfirullaahal'azhiim, 'afwan Ustadz; kalau ada yang batil dalam diri dan ucapan ana, tolong segera Anta luruskan!" kira-kira demikian.

Bagaimana simpulannya? Zikir tasbih secara umum adalah utama, sebab ia zikir semua makhluk dan tertempat di waktu utama pagi dan petang. Adapun dalam ucapan sehari-hari, mari membiasakan ia sebagai per-Mahasuci-an Allah atas hal yang memang tak pantas bagi keagungan-Nya.

Bagaimana dengan masya Allah? Surah Al-Kahfi ayat 39 memberi contoh; ia diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah: kebun, anak, harta. Sungguh ini semua terjadi atas kehendak Allah, kebun subur menghijau jelang panen; anak-anak yang ceria menggemaskan; harta yang banyak. Lengkapnya Masya Allah la quwwata illa billaah, kalimat kedua menegaskan lagi; tiada kemampuan mewujudkan selain atas pertolongan Allah. Pun demikian dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab; mereka mengucapkan masya Allah pada keadaan juga sosok yang kebaikannya mengagumkan. 

Demikian pengalaman menghadiri acara Masyaikh dan membersamai beberapa yang empat ke Jogokarian; dari Saudi, "masya Allah" nyaris tanpa henti, kala di Air Terjun tawangmangu, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Gunung Merapi. Simpulannya, "masya Allah" adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah, dan memang hal indah itu dicinta dan dikehendaki oleh Allah. 

Demi ketepatan makna keagungan-Nya dan menghindari kesalahpahaman; mari biasakan mengucap "subhanallah" dan "masya Allah" seperti seharusnya. Membiasakan bertutur sesuai makna pada bahasa asli, Insya Allah lebih tepat dan bermakna. Tercontoh; orang Indonesia bisa senyum gembira padahal sedang dimaki. Misalnya dengan kalimat; "Allahu yardik!" Arti harfiahnya, "semoga Allah memberi hidayah padamu!" Bagus bukan? Tetapi untuk diketahui bahwa makna kiasan dari "Allahuyahdik!" adalah "Dasar geblek!" Jadi, mari belajar tanpa henti dan tak usah memaki. 

By Salim a Fillah

Ditulis kembali oleh Ahmad Syarif Hidayat - @akhahmadsyarif
        

No comments:

Post a Comment